SejarahSingkat MAN 2 Kota Bogor. Informasi • 26 Jul 2020 • by Administrator . Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bogor merupakan Madrasah Aliyah alih fungsi dari Pendidikan Guru Agama ( PGAN ) Bogor, yang berdiri sejak tahun 1950 dengan nama Sekolah Guru Agama Islam ( SGAI ), berdasarkan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 277/C9 Tanggal 15
SMA Negeri SMAN 2 Bogor, merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sama dengan SMA pada umumnya di Indonesia masa pendidikan sekolah di SMAN 2 Bogor ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas X sampai Kelas XII. Seiring dengan waktu, perkembangan SMAN 2 Bogor terus meningkat. Sehingga pada tahun 2007, SMAN 2 Bogor mendapatkan kepercayaan dari pemerintah dan masyarakat dengan menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional RSBI.[1] SMA Negeri 2 BogorInformasiDidirikanAgustus 1958Jumlah kelas28 kelasJurusan atau peminatanMIA dan IISRentang kelasX MIPA,X IPS, XI MIPA, XI IPS, XII MIPA, XII IPSKurikulum[[Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013]Jumlah siswa938 murid 40 murid tiap kelasAlamatLokasiJl. Keranji Ujung 1, Bogor, Jawa BaratMoto SejarahSingkat Sejarah singkat pendirian sekolah . Berita Terbaru. Info Grafis PPDB SMKN 2 Bogor Tahap 1 Tahun Pelajaran 2022/2023 (SMK) Negeri 2 Bogor Kelompok Teknologi dan Industri atau dahulu dikenal dengan nama Sekolah Teknologi Menengah Negeri (STM N) Bogor, didirikan pada tahun 1963, dan SK-nya tanggal 5 Oktober 1965 Nomor : 137 ArticlePDF AvailableAbstractDisaster preparedness in schools is still on the minimum level, whereas schools necessarily are the centers of teaching and learning activities to give proper education for the nation’s better future. The purpose of this research is to analyze the preparedness of SMAN 2 Bogor to face flash flood disaster, and to analyze the impact of its occurrence. This research uses qualitative method, and the locus is Sukaresmi Village, Tanah Sareal Sub-district, Bogor City, West Java. The data is obtained from predetermined informants and analyzed by qualitative analysis technique. The parameters used in the analysis are knowledge and attitude parameters, policies and guidelines, emergency response plans, disaster warning systems, also resource mobilization. The results show that disaster preparedness in SMAN 2 Bogor is held by using various resources of school residents and supporting facilities, yet it has not been maximally done to increase the capacity of students and other elements of SMAN 2 Bogor. In general, schools only focus on the academic achievement, which ultimately leads to the lack of sensitivity toward people’s welfare needs. Awareness of disaster preparedness should not be owned only by the students, but also by educators, officials, and all elements of the school. However, this research analysis focuses more on the students. The unawareness of disaster preparedness planning is the main factor which makes the socialization and capacity improvement can not be done sustainably. Co-ordination and consultation with Provincial Government and Regional Disaster Management Agency is the necessary thing to do for the disaster prepardness planning. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Manajemen Bencana JMB Vol. 5, No. 1, Mei 2019, p. 19-32 Available online at This is an open access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution International License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. © 2019. Chyndy Kasmila, Tirton Nefianto, Lasmono KESIAPAN WARGA SEKOLAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR BANDANG DI SMA NEGERI 2 BOGOR THE PREPAREDNESS OF HIGH SCHOOL INSTITUTION IN ENCOUNTERING FLASHFLOOD DISASTER IN SMA NEGERI 2 BOGOR Chyndy Kasmila1*, Tirton Nefianto2, Lasmono3 1 Universitas Pertahanan, Bogor, Indonesia 2 Universitas Pertahanan, Bogor, Indonesia 3 Universitas Pertahanan, Bogor, Indonesia Diterima Maret 2019 Disetujui April 2019 Dipublikasikan Mei 2019 Disaster preparedness in schools is still on the minimum level, whereas schools necessarily are the centers of teaching and learning activities to give proper education for the nation’s better future. The purpose of this research is to analyze the preparedness of SMAN 2 Bogor to face flash flood disaster, and to analyze the impact of its occurrence. This research uses qualitative method, and the locus is Sukaresmi Village, Tanah Sareal Sub-district, Bogor City, West Java. The data is obtained from predetermined informants and analyzed by qualitative analysis technique. The parameters used in the analysis are knowledge and attitude parameters, policies and guidelines, emergency response plans, disaster warning systems, also resource mobilization. The results show that disaster preparedness in SMAN 2 Bogor is held by using various resources of school residents and supporting facilities, yet it has not been maximally done to increase the capacity of students and other elements of SMAN 2 Bogor. In general, schools only focus on the academic achievement, which ultimately leads to the lack of sensitivity toward people’s welfare needs. Awareness of disaster preparedness should not be owned only by the students, but also by educators, officials, and all elements of the school. However, this research analysis focuses more on the students. The unawareness of disaster preparedness planning is the main factor which makes the socialization and capacity improvement can not be done sustainably. Co-ordination and consultation with Provincial Government and Regional Disaster Management Agency is the necessary thing to do for the disaster prepardness planning. Kesiapsiagaan; Banjir bandang; SMA Negeri 2 Bogor Kesiapsiagaan bencana rendah pada tingkat sekolah, sedangkan sekolah merupakan tempat berkumpulnya banyak penerus generasi bangsa yang melakukan kegiatan belajar mengajar yang berguna untuk memperbaiki dan memajukan masa depan bangsa. Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis kesiapsiagaan yang ada di SMAN 2 Bogor dalam bencana banjir bandangdan mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kejadian banjir bandang yang terjadi. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Lokasi penelitian di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Chyndy Kasmila, Tirton Nefianto, Lasmono Kesiapan warga sekolah dalam menghadapi bencana banjir bandang di SMA Negeri 2 Bogor Vol. 5, No. 1, Mei 2019 Jurnal Manajemen Bencana JMB diperoleh dari para informan yang kemudian ditetapkan lalu dilakuakan analisis penelitian dengan teknik analisis kualitatif. Parameter yang digunakan dalam menganalisis kesiapsiagaan SMAN 2 Bogor meliputi parameter pengetahuan dan sikap, kebijakan dan panduan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana dan mobilisasi sumber daya. Belum adanya kesadaran warga sekolah akan pentingnya perencanaan kesiapsiagaan bencana menjadikan sosialisasi dan penambahan kapasitas akan pengetahuann kesiapsiagaan bencana belum dapat dialakukan dengan optimal dan berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapsiagaan bencana yang terdapat pada SMAN 2 Bogor telah dilakukan dengan menggunakan berbagai sumber daya warga sekolah dan fasilitas penunjang yang ada pada sekolah, namun belum dilakukan dengan maksimal dengan meningkatkan kapasitas warga SMAN 2 Bogor. Sekolah lebih fokus dalam peningkatan prestasi akademis. Kesadaran akan kesiapsiagaan bencana tidak hanya di fokuskan kepada siswa SMAN 2 Bogor namun juga dengan pendidik, petinggi dan seluruh elemen yang berada di SMAN 2 Bogor, walaupun memang kesiapsiagaan siswa yang paling dominan dianalisis dalam penelitian ini. Perlu adanya perencanaan kesiapsiagaan yang dibangun dengan mengkoordinasikan dan mengkonsultasikan dengan pihak Pemerintah Provinsi dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. DOI e-ISSN 2716-4462 © 2019 Published by Program Studi Manajemen Bencana Universitas Pertahanan, Bogor - Indonesia *Corresponding Author Chyndy Kasmila Email ckasmila PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara dengan berbagai potensi bencana, sudah menjadi kewajiban bangsa untuk melindungi segenap bangsa agar terhindar dari berbagai macam ancaman yang dapat melemahkan pertahanan Negara sebagaimana yang telah dituangkan oleh Undang – Undang Dasar 1945 tentang tujuan didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Guna melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia maka perlu adanya kemanan insani yang mengambil bagian penting dari perlilndungan segenap bangsa. Salah satu ancaman yang mengganggu keamanan insani adalah adanya risiko bencana di wilayah Indonesia Husna et al., 2014. Bencana merupakan suatu kejadian alam yang merupakan kejadian yang disebabkan oleh alam maupun manusia, atau disebabkan oleh alam dan manusia yang terjadi secara tidak terduga dan berdampak buruk bagi penghidupan bermasyarakat Chyndy Kasmila, Tirton Nefianto, Lasmono Kesiapan warga sekolah dalam menghadapi bencana banjir bandang di SMA Negeri 2 Bogor Jurnal Manajemen Bencana JMB Vol. 5, No. 1, Mei 2019 Priambodo, 2009. Undang – Undang Penanggulangan Bencana No 24 Tahun 2007 mendefinisikan bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik dari faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Kejadian bencana selama tahun 2017 mencatat terdapat 654 kejadian bencana yang mengakibatkan 61 korban jiwa meninggal dan hilang, 174 korban luka dan korban kehilangan harta benda dan mengungsi. Bencana mengakibatkan rumah rusak dengan rumah rusak berat, 990 rumah rusak sedang dan rumah rusak ringan dan rumah terendam banjir. Fasilitas publik tak luput dari kerusakan akbiat bencana, diantaranya 85 unit fasilitas ibadah, 108 unit fasilitas sekola dan 12 unit fasilitas kesehatan rusak. Data Indeks Risiko Bencana Indonesia tahun 2013 menunjukkan bencana banjir di Indonesia memiliki indeks kebencanaan dengan kategori kelas risiko tinggi pada khususnya wilayah Bogor, Jawa Barat indeks risiko bencana banjir di Kota Bogor pada tahun 2013 memiliki indeks risiko bencana yang tinggi dengan skor indeks bencana senilai 22. Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki luas Km2 dan memiliki populasi terbanyak di Indonesia setelah Ibukota, dengan jumlah populasi penduduk wilayah Bogor pada tahun 2016mencapai jiwa BPS, 2016. Hal ini dikarenakan letak Ibukota yang berada berdekatan dengan wilayah Provinsi Jawa Barat yang merupakan pusat kegiatan perekonomian Indonesia. Bogor merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang memiliki daya tarik tersendiri dan letaknya paling dekat dengan Ibukota, oleh karenanya Kota Bogor merupakan wilayah hunian dan rekreasi pilihan banyak penduduk dikarenakan wilayah alamnya yang masih terjaga. Banyaknya penduduk yang memilih Bogor sebagai lokasi hunian dan rekreasi ataupun perekonomian membuat wilayah bogor dalam hal ini khususnya Kota Bogor sebagai salah satu Kota yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi, pada tahun 2014 jumlah kepadatan penduduk mencapai orang/km persegi. Wilayah yang memiliki jumlah kepadatan penduduk besar harus di imbangi dengan kesadaran akan bencana yang tinggi, di karenakan jika wilayah yang memiliki jumlah kepadatan penduduk yang besar apabila terjadi bencana akan mengakibatkan banyaknya jumlah korban terdampak. Pemerintah kabupaten Bogor Kondisi wilayah bogor selama sepuluh tahun terakhir wilayah Bogor memiliki kejadian banjir dan tanah longsor terparah. Wilayah Bogor memiliki kerentanan terhadap bencana banjir dan tanah longsor di karenakan pembangunan yang Chyndy Kasmila, Tirton Nefianto, Lasmono Kesiapan warga sekolah dalam menghadapi bencana banjir bandang di SMA Negeri 2 Bogor Vol. 5, No. 1, Mei 2019 Jurnal Manajemen Bencana JMB terus berkembang. Bencana memerlukan penanganan khusus dalam mengurangi dampak korban yang dapat merugikan masyarakat terdampak. Banjir terjadi di 25 provinsi dan 121 kabupaten/kota, sedangkan bencana longsor terjadi di 13 provinsi dan 69 kabupaten. Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki luas Km2 dan memiliki populasi terbanyak di Indonesia setelah Ibukota, dengan jumlah populasi penduduk wilayah Bogor pada tahun 2016mencapai jiwa Badan Pusat Statisik, 2016. Hal ini dikarenakan letak Ibukota yang berada berdekatan dengan wilayah Provinsi Jawa Barat yang merupakan pusat kegiatan perekonomian Indonesia. Bogor merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang memiliki daya tarik tersendiri dan letaknya paling dekat dengan Ibukota, oleh karenanya Kota Bogor merupakan wilayah hunian dan rekreasi pilihan banyak penduduk dikarenakan wilayah alamnya yang masih terjaga. Banyaknya penduduk yang memilih Bogor sebagai lokasi hunian dan rekreasi ataupun perekonomian membuat wilayah bogor dalam hal ini khususnya Kota Bogor sebagai salah satu Kota yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi, pada tahun 2014 jumlah kepadatan penduduk mencapai orang/km persegi BPS Kota Bogor, 2014. Wilayah yang memiliki jumlah kepadatan penduduk besar harus di imbangi dengan kesadaran akan bencana yang tinggi, di karenakan jika wilayah yang memiliki jumlah kepadatan penduduk yang besar apabila terjadi bencana akan mengakibatkan banyaknya jumlah korban terdampak. Wilayah Bogor memiliki kerentanan terhadap bencana banjir dan tanah longsor di karenakan pembangunan yang terus berkembang. Bencana memerlukan penanganan khusus dalam mengurangi dampak korban yang dapat merugikan masyarakat terdampak. Tahun 2017 telah terjadi banjir yang terdjadi pada 25 provinsi dan 121 kabupaten/kota, sedangkan bencana longsor terjadi di 13 provinsi dan 69 kabupaten. Lokasi dan penelitian ini dipilih oleh peneliti dikarenakan kejadian bencana ini pernah terjadi di wilayah Kelurahan Sukaresmi Kecamatan Tanah Sareal, Bogor. SMA Negeri 2 Bogor merupakan bangunan yang terdapak terparah dan mengakibatkan banyak kendaraan yang terparkir di kawasan sekolah ikut terbawa arus banjir bandang yang tiba-tiba terjadi pukul WIB pada tanggal 27 Febuari 2017 saat proses belajar mengajar berlangsung. Lokasi Sekolah Menengah atas Negeri 2 Bogor yang terdampak banjir bandang berada di wilayah Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal Bogor Jawa kepada longsor yang terjadi di Kelurahan Lewanggintung RT 08/04 Kecamatan Bogor Selatan yang mengakibatkan 4 rumah hancur dan terdapat 1 korban luka. Tahun 2015 berdasar data kabupaten Bogor, kejadian bencana yang tercatat terjadi di Kabupaten Bogor sebanyak 680 kejadian, dengan jenis bencana 22 kejadian banjir, angin Chyndy Kasmila, Tirton Nefianto, Lasmono Kesiapan warga sekolah dalam menghadapi bencana banjir bandang di SMA Negeri 2 Bogor Jurnal Manajemen Bencana JMB Vol. 5, No. 1, Mei 2019 puting beliung sebanyak 151 kejadian, bencana tanah longsor 125 kejadian, 368 kasus kebakaran lahan, dan jenis bencana lain sebanyak 14 kasus BPBD Kabupaten Bogor, 2017. Oleh karenanya di butuhkan kesiapsiagaan khusunya pada tingkat sekolah dikarenakan sekolah merupakan tempat berkumpulnya banyak orang yang menjadikan sekolah tempat yang rentan bila terdampak bencana, karena apabila sekolah terpapar bencana khususnya pada saat jam pelajaran sekolah akan mengakibatkan banyaknya korban terdampak apabila tidak di bekali dengan kesiapsiagaan. Menurut Undang-Undang Penanggulangan Bencana No 24 tahun 2007 kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan yang diterangkan oleh LIPI, UNESCO kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang khusus di persiapkan guna pelaksanaan kegiatan tanggap darurat bencana agar dapat dilakukan secara cepat dan tepat gunaRafliana, 2010. Antisipasi hal yang dapat meningkatkan kapasitas masyarakat yaitu dengan ketangguhan. Ketangguhan dalam hal ini merupakan suatu peningkatan kapasitas masyarakat atau pengetahuan mengenai bencana, yang dapat di implementasikan dan di laksanakan secara efektif apabila bencana yang dimaksud benar akan terjadi. Banjir bandang merupakan banjir yang hadir secara tidak di duga dan dengan kekuatan yang besar dan terjadi setelah terjadinya hujan lebat yang terjadi bebrapa menit sampai beberapa jam sebelumnya dan berlangsung dengan membawa material yang dapat merusak sehingga berpotensi membawa banyak korban jiwa. Banjir bandang pada banyak kasus disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan biasanya terjadi pada daerah yang memiliki dataran yang rendah dan diakibatkan oleh meningkatnya tingkat pembangunan di daerah sekitar lokasi, sehingga mengurangi daerah resapan air. Peneliti dirasa perlu untuk membandingkan dan mempertimbangkan penelitian milik peneliti dengan penelitian yang sudah pernah dilakuakan sebelumnya yang masih berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana. Penelitian terdahulu yang di ulas dibahas guna menjadi bahan masukan dan pertimbangan penelitian. Berdasarkan pengetahuan peneliti, penelitian tentang kesiapsiagaan warga sekolah yang dilakukan di SMA Negeri 2 Bogor dalam menghadapi bencana banjir bandang belum pernah dilakukan sebelumnya. Mengingat penelitian ini belum pernah di dilakukan sebelumnya, maka di perlukan tunjangan tulisan penelitan yang dilakukan oleh penelitian yang sudah pernah di laksanakan untuk menambah pengetahuan peneliti tentang penelitian yang di lakukan. Chyndy Kasmila, Tirton Nefianto, Lasmono Kesiapan warga sekolah dalam menghadapi bencana banjir bandang di SMA Negeri 2 Bogor Vol. 5, No. 1, Mei 2019 Jurnal Manajemen Bencana JMB METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dalam kurun waktu 2017 sampai dengan 2018. Penelitian kesiapsiagaan warga sekolah diperlukan adanya ukuran dalam meneliti kesiapsiagaan tersebut, maka diperlukannya parameter kesiapsiagaan. Parameter kesiapsiagaan di perlukan sebagai acuan yang perlu di persiapkan pada saat sebelum kejadian bencana, saat bencana berlangsung dan sesudah terjadinya bencana. Parameter kesiapsiagaan juga digunakan sebagai alat dalam peneitian kualitatif untuk dapat menilai sejauh apa kesiapsiagaan yang terdapat di suatu masyarakat. Pentingnya parameter kesiapasiagaan disadari oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI yang bekerjasama dengan United Nations for Education/International Strategy for Disaster Reduction UNESCO/ISDR yang menyajikan parameter kesiapasiagan dalam masyarakat tahun 2006 Hidayat, 2008. Hal ini LIPI-UNESCO/ISDR mengkaji dengan menggunakan pendekatan brainstorming, focus group discussion, clue card dan desk review. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian kesiapsiagaan SMAN 2 Bogor mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi tanggap darurat bencana, dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer pada lokasi dengan metode wawancara dan observasi langsung, peneliti juga mengumpulkan data sekunder yang berasal dari sekolah dan juga BPBD Kota Bogor sebagai penunjang data penelitian. Parameter yang di gunakan dalam kesiapsiagaan menurut LIPI-UNESCO/ISDR yaitu meliputi parameter pengetahuan dan sikap, parameter kebijakan dan panduan, parameter rencana tanggap darurat, parameter sistem peringatan bencana, parameter mobilisasi sumber daya. Parameter tersebut membantu peneliti dalam mengetahui tingkat kesiapsiagaan warga Sekolah SMAN 2 Bogor dalam menghadapi bencana banjir bandang berdasarkan data yang diambil peneliti dalam hasil wawancara dan observasi langsung. Berasarkan parameter pengetahuan dan sikap menurut LIPI-UNESCO/ISDR 2006 merupakan pengetahuan dasar dan sikap petugas mengenai bencana seperti jenis dan faktor bencana, bencana banjir, serta prosedur, lokasi dan jalur evakuasi bencana. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kegiatan sosialisasi bencana pada SMAN 2 Bogor yang seharusnya diberikan guna memberikan edukasi mengenai kesiapsiagaan bencana khususnya banjir bandang belum di berikan oleh pihak sekolah. Hal ini dapat dianalisis dari wawancara terhadap siswa–siswa dan guru yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan hasil wawancara siswa dan guru belum mengetahui kegiatan apa saja Chyndy Kasmila, Tirton Nefianto, Lasmono Kesiapan warga sekolah dalam menghadapi bencana banjir bandang di SMA Negeri 2 Bogor Jurnal Manajemen Bencana JMB Vol. 5, No. 1, Mei 2019 yang perlu dilakukan saat terjadinya bencana, mereka juga belum mengetahui jalur evakuasi dan titik kumpul yang ada di SMAN 2 Bogor. Namun, pada kegiatan proses belajar mengajar pembekalan materi bencana sudah di berikan kepada siswa–siswi dengan menyisipkan materi kebencanaan pada sebagian mata pelajaran seperti mata pelajaran geografi, biologi, sejarah dan agama, tetapi pembekalan materi tersebut hanya bersifat menyisipkan saja, tidak fokus dan tidak di berikan secara terus menerus. Guru yang memberikan pembekalan materi kebencaan hanya guru tertentu yang memiliki materi pembelajarannya hanya sedikit menyinggung tentang kebencanaan lalu bisa disisipkan materi kesiapsiagaan bencana. Pemberian sosialisasi dan pelatihan kepada warga sekolah terutama kepada staf pengajar seperti guru di SMAN 2 Bogor tentang kesiapsiagaan bencana diperlukan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sekolah dalam menyampaikan pengetahuan tentang kesiapsiagaan maupun pengetahuan terkait bencana lainnya, dalam kegiatan belajar mengajar sebagai upaya mengurangi dampak bencana. Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak luar sangat minim karena pihak yang melakukan sosialisasi rata – rata hanya melakukan kunjungannya sekali, kunjungan tersebut dilakukan untuk sosialisasi kebencanaan dalam rangka penambahan kapasitas warga SMAN 2 Bogor dalam kesiapsiagaan banjir bandang, namun sosialisasi dari pihak luar tersebut tidak dimaksimalkan dengan baik pihak warga SMAN 2 Bogor karena tidak melakukan penyebaran informasi yang dilakukan secara internal kepada warga SMAN 2 Bogor yang belum mendapatkan pengetahuan tentang kebencanaan yang di berikan pada saat sosialisasi berlangsung, karena pemberian sosialisasi oleh pihak luar tidak di berikan dengan merata ke seluruh warga sekolah SMAN 2 Bogor. Seperti sosialisasi yang di gelar terakhir di SMAN 2 Bogor yaitu oleh mahasiswa Universitas Pertahanan Program Studi Manajemen Bencana namun pihak mahasiswa Universitas Pertahanan hanya mampu memberikan sosialisasi kepada siswa kelas 11 saja, tetapi diharapkan siswa kelas 11 yang sudah mendapatkan sosialisasi kebencanaan tersebut dapat menyampaikan informasi tersebut kepada warga SMAN 2 Bogor yang belum mendapatkan informasi mengenai kebencanaan. SMAN 2 Bogor pernah mengirimkan beberapa siswa dalam kegiatan sosialisasi bencana lainnya. Beberapa siswa tersebut di rencanakan dapat memberikan informasi secara estafet ke warga sekolah lainnya setelah kegiatan sosialisasi bencana. Namun pemberian informasi kepada warga sekolah tersebut juga belum maksimal adanya, penyampaian informasi tersebut tidak disampaikan secara merata dan continue. Pemberian informasi yang dilakukan pihak internal sekolah SMAN 2 Bogor, dilaksanakan dengan menjalankan program mencintai lingkungan sekolah dan adanya duta lingkungan berfungsi Chyndy Kasmila, Tirton Nefianto, Lasmono Kesiapan warga sekolah dalam menghadapi bencana banjir bandang di SMA Negeri 2 Bogor Vol. 5, No. 1, Mei 2019 Jurnal Manajemen Bencana JMB untuk memberikan informasi kepada seluruh warga sekolah agar mencintai lingkungan sekolah dan turut menjaga kebersihan lingkungan. Duta lingkungan juga ditugaskan dalam pemberian materi edukasi kebencanaan, namun kurang maksimal dalam penyampaian infromasinya. Keberadaan duta lingkungan juga kurang di ketahui oleh warga termasuk pihak OSIS. Hal ini menjadikan program tersebut kurang memberikan dampak yang signifikan dalam penambahan pengetahuan kebencanaan. Pada saat kejadian bencana banjir bandang yang berlangsung di SMAN 2 Bogor hal pertama yang membuat warga SMAN 2 Bogor mengetahui adanya banjir bandang yaitu jebolnya tembok sekolah yang disebabkan oleh derasnya air yang mengalir dari selokan pelayangan menuju belakang sekolah SMAN 2 Bogor dan wilayah sekitarnya. Warga sekolah yang pertama kali mengetahui jebolnya tembok sekolah merupakan pihak siswa SMAN 2 Bogor. Siswa SMAN 2 Bogor lalu memberitahukan kepada pihak guru – guru dan petinggi sekolah lainnya bila terjadi ambruknya tembok belakang sekolah, kemudian hal pertama yang dilakukan oleh salah satu pihak sekolah merupakan memberitahukan kepada warga masyarakat yang memiliki tempat tinggal di belakang sekolah untuk menyelamatkan salah seorang korban yang berhasil selamat karena berpegangan erat kepada seutas kayu yang terdapat di belakang sekolah. Kemudian warga yang berada disekitar daerah kejadian segera menyelamatkan korban tersebut dan korban berhasil selamat. Kemudian hal lain yang menjadi konsentrasi pihak internal sekolah merupakan evakuasi motor yang terdampak derasnya air yang menyeret motor yang terparkir di halaman belakang sekolah. Evakuasi motor di lakukan dengan adanya komando dari pihak guru dan wakil kepala sekolah, dengan melibatkan seluruh warga sekolah yang memiliki kondisi fisik yang bagus dan mampu untuk menggotong kendaraan bermotor yang berjumlah ratusan. Proses evakuasi kendaraan motor milik warga sekolah berlangsung dengan baik dan aman. Selain pihak SMAN 2 Bogor, pihak lain yang turut mengambil tindakan yang berkaitan dengan banjir bandang yang terjadi di SMAN 2 Bogor pada tanggal 27 Febuari 2017 tersebut merupakan pihak pemerintah beserta badan pemerintah terkait penanganan darurat bencana dan pasca bencana yang berlangsung. Pihak BPBD Kota Bogor yang turut hadir dilokasi melakukan peninjauan dan juga ikut dalam proses tanggap darurat bencana. BPBD Kota Bogor ikut membantu dalam mengevakuasi korban bencana banjir bandang yang tewas terseret air. Pihak yang menjadi korban tewas merupakan warga yang berasal dari kelurahan Sukaresmi yang bertempat tinggal di belakang SMAN 2 Bogor. Pihak BPBD Kota Bogor tidak memiliki kewenangan atas bantuan material untuk di berikan kepada SMAN 2 Bogor, sehingga bantuan pasca bencana tidak bisa di berikan Chyndy Kasmila, Tirton Nefianto, Lasmono Kesiapan warga sekolah dalam menghadapi bencana banjir bandang di SMA Negeri 2 Bogor Jurnal Manajemen Bencana JMB Vol. 5, No. 1, Mei 2019 kepada SMAN 2 Bogor. Pihak BPBD Kota Bogor menyatakan telah memberikan sosialisasi kepada SMAN 2 Bogor, namun pihak SMAN 2 Bogor menyatakan belum merasakan adanya sosialisasi yang di berikan langsung ke sekolah SMAN 2 Bogor oleh pihak BPBD Kota Bogor. Pihak lain yang turur mengambil sikap merupakan pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota Bogor, bantuan yang diberikan oleh pihak Pemerintah Provinsi merupakan bantuan pembangunan kembali tembok sekolah yang hancur akibat air banjir yang merobohkan tembok yang berlokasi di belakang gedung sekolah SMAN 2 Bogor tepatnya berlokasi dilapangan sekolah. Pemerintah Kota Bogor memperbaiki saluran air yang menjadi sumber dari kejadian banjir bandang tersebut berlangsung yaitu selokan pelayangan. Pemerintah Kota telah membangun kembali dan menjadikan selokan palayangan lebih kokoh sehingga dapat memuat menampung volume air yang lebih banyak. Diharapkan dengan perbaikan tersebut kejadian banjir bandang yang sama tidak akan terulang kembali. Pada parameter pengetahuan dan sikap sosialisasi menjadi hal yang utama untuk di berikan kepada setiap komponen sekolah, namun sosialisasi yang di berikan tanpa adanya konsistensi dan pemerataan dalam pembagian informasi, tidak akan memiliki hasil yang maksimal. Pemberian sosialisasi lebih baik jika di lakukan lebih sering oleh pihak internal sekolah, karena pemberian informasi di pihak internal sekolah akan lebih bisa terjaga konsistensinya dibandingkan dengan sosialisasi yang di dapatkan dari pihak luar sekolah. Parameter kesiapsiagaan kedua menurut merupakan parameter kebijakan dan panduan. Dalam kesiapsiagaan, kebijakan tertulis seperti ini diperlukan guna memberikan aturan yang jelas dalam penanggulangan bencana banjir bandang terutama dalam pemberian instruksi dan perintah kerja, agar diberikan secara jelas dan dapat di implementasikan secara optimal pada pihak sekolah. Kebijakan dan panduan yang dimaksud dapat merupakan kebijakan dan panduan mengenai kesiapsiagaan dapat di terapkan pihak internal sekolah dengan maksimal dengan menyesuaikan dengan kebijakan sekolah yang ada. Kebijakan dan panduan pada sekolah yaitu berupa program tetap sekolah, yang bertujuan pemberikan edukasi bencana dan simulasi bencana di SMAN 2 Bogor sesuai dengan parameter kesiapsiagaan LIPI-UNESCO/ISDR. Pada SMAN 2 Bogor, penetapan program belum dapat di laksanakan oleh pihak SMAN 2 Bogor di karenakan belum ada dalam rencana kerja pihak sekolah. Program ini juga harus diintegrasikan dengan pihak terkait yang telah memiliki panduan yang khusus mengenai kebencanaan seperti BNPB dan BPBD. Pihak manajemen kebencanaan seperti BNPB dan BPBD belum dapat di laksanakan Chyndy Kasmila, Tirton Nefianto, Lasmono Kesiapan warga sekolah dalam menghadapi bencana banjir bandang di SMA Negeri 2 Bogor Vol. 5, No. 1, Mei 2019 Jurnal Manajemen Bencana JMB dikarenakan belum adanya koordinasi khusus serta panduan operasional antar pihak terkait. Pihak sekolah sendiri juga belum mendapatkan sosialisasi khusus mengenai kebijakan dan panduan kebencanaan dari pihak instansi resmi pemerintah. SMAN 2 Bogor sudah memiliki jalur yang dapat di jadikan jalur evakuasi, namun jalur tersebut belum di berikan penanda bahwa jalur tersebut merupakan jalur yang dapat jadikan jalur utama saat evakuasi bencana, karena sosialisasi tentang pengadaan jalur evakuasi juga belum di laksanakan. Hal in terjadi karena pihak sekolah belum memiliki perencanaan mengenai hal tersebut. Pengadaan penada jalur evakuasi hanya bisa di lakukan sejalan dengan adanya kebijakan sekolah mengenai pengadaan panduan pemenuhan kebutuhan dasar dalam kegiatan kesiapsiagaan sekolah. Panduan pemenuhan kebutuhan dasar pada kesiapsiagaan bencana dapat berupa bentuk sosialisasi pengetahuan dasar penyelamatan diri dari bencana atau evakuasi seta dapat berupa alat penunjang evakuasi bencana seperti penanda jalur evakuasi, titik kumpul dan alat penunjang sistem peringatan seperti room call dan bel. Parameter rencana tanggap darurat bencana berisi daftar kebutuhan dan aktifitas yang dapat dilakukan oleh komponen sekolah. Rencana tanggap darurat merupakan Rencana/ tindakan yang diperlukan untuk menangani keadaan darurat dalam hal kesiapsiagaan menghadapi bencana seperti pembuatan peta, penampungan sementara, nomor hotline informasi, posko, geladi pelatihan/simulasi, analisis resiko, perencanaan kontijensi. Rencana tanggap darurat dibagi menjadi empat komponen atau kelompok siaga bencana yang terdiri atas peringatan bencana, pertolongan pertama, penyelamatan dan evakuasi, serta logistic. Rencana tanggap darurat diperlukan terutama pada lokasi yang rawan terjadinya bencana yang berisiko menelan banyak korban dan kerugian. Hal yang merupakan bagian penting dari rencana tanggap darurat bencana diantaranya merupakan perencanaan evakuasi, pertolongan pertama dan evakuasi korban bencana. Rencana tanggap darurat bila diimplementasikan pada SMAN 2 Bogor dapat menjadi jaminan keselamatan warga SMAN 2 Bogor yang berpotensi terjadi. Peneliti mengumpulkan data yang di peroleh melalui hasil wawancara dan observasi langsung, diperoleh bahwa SMAN 2 Bogor belum memiliki rencana tanggap darurat bencana dan belum direncanakan untuk memasukkannya ke dalam perencanaan program sekolah. Hal yang perlu dipersiapkan sekolah dalam menunjang perencanaan tanggap darurat antara lain seperti tempat penampungan dan peta bencana belum dapat di fasilitasi oleh sekolah, hal tersebut dikarenakan belum dianggap mendesak oleh pihak SMAN 2 Bogor. Sesuai dengan parameter rencana tanggap darurat oleh LIPI-UNESCO/ISDR 2006 rencana kontijensi dapat dilaksanakan dalam manajemen risiko bencana untuk Chyndy Kasmila, Tirton Nefianto, Lasmono Kesiapan warga sekolah dalam menghadapi bencana banjir bandang di SMA Negeri 2 Bogor Jurnal Manajemen Bencana JMB Vol. 5, No. 1, Mei 2019 mengantisipasi rencana utama tanggap darurat bencana tidak berjalan sesuai dengan yang di harapkan. Berdasarkan pengalaman bencana banjir bandang yang pernah terjadi di SMAN 2 Bogor pada 27 Febuari 2017 lalu pihak sekolah seharusnya telah memiliki rencana tanggap darurat yang berguna untuk menjamin kegiatan tanggap darurat bencana yang berjalan dengan cepat dan tepa guna. Rencana tanggap darurat dapat disesuaikan dengan kerentanan sekolah, pada penelitian ini kerentanan sekolah merupakan bencana banjir bandang. Perencanaan tanggap darurat bencana banjir bandang yang di perlukan dapat mengacu dan juga meminta masukan kepada pihak instansi yang terkait dalam pembuatan rencana tanggap darurat. Perencanaan tanggap darurat dapat diadopsi dan diadaptasi dari instansi yang berkompeten dalam bidangnya tetapi disesuaikan dengan resiko bencana yang ada guna memberikan manfaat secara optimal. Pembuatan perencanaan tanggap darurat dapat di sosialisaiskan dengan menggunakan simulasi tanggap darurat bencana banjir bandang karena warga sekolah dapat mengatahui bagaimana mereka seharusnya mengevakuasi diri sesuai rencana yang telah disusun oleh pihak sekolah. Parameter sistem peringatan bencana menurut LIPI-UNESCO/ISDR 2006 merupakan sumber daya yang mendukung salah satu indikator kesiapsiagaan yang mempertimbangkan bagaimana berbagai sumber daya yang ada digunakan untuk mengembalikan atau mempersiapakan dalam kondisi darurat yang terjadi akibat adanya suatu bencana. Parameter sistem peringatan bencana yang berguna untuk memberikan informasi apabila tanda bencana akan datang, terutama bencana banjir bandang. Sistem peringatan bencana membuat masyarakatnya dapat melakukan tindakan yang tepat guna meminimalisir adanya korban jiwa bila terjadinya kejadian bencana alam. Untuk melatih kemampuan penyelamatan diri diperlukan pelatihan dan simulasi secara berkala. Sistem peringatan dini yang mempertimbangkan akurasi dan kontektualitas lokal. Sistem peringatan bencana memiliki fungsi penting dalam hal kesiapsiagaan karena sebagai jembatan atau komunikasi dalam penyelamatan hal-hal yang berpotensi menjadi korban keganasan bencana yang terjadi. Simulasi dan pelatihan belum pernah di laksanakan pada SMAN 2 Bogor. Tidak adanya perencanaan dalam penyelanggaraan simulasi dan pelatihan sistem peringatan bencana bisa menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian material lain terutama di kawasan lingkungan sekolah, karena sekolah merupakan tempat sebagian besar anak menghabiskan waktunya dan beraktifitas. Simulasi dan pelatihan bencana sebaiknya diselenggarakan pihak sekolah, dengan koordinasi dan kerjasama dengan pihak pemerintah daerah setempat ataupun dinas kebencanaan daerah seperti BPBD Kota Bogor ataupun BNPB. Chyndy Kasmila, Tirton Nefianto, Lasmono Kesiapan warga sekolah dalam menghadapi bencana banjir bandang di SMA Negeri 2 Bogor Vol. 5, No. 1, Mei 2019 Jurnal Manajemen Bencana JMB Kejadian yang telah terjadi di SMAN 2 Bogor memiliki sistem peringatan dini yang cukup efektif dan tepat guna dalam peringatan bencana banjir bandang, yaitu dengan memberikan peringatan melalui room call yang tersambung di tiap ruangan yang ada di sekolah. Pihak kesiswaan sekolah menginformasikan kepada seluruh warga sekolah untuk bersiaga dan tidak perlu panik dalam menghadapi banjir bandang yang tiba – tiba terjadi di sekolah. Informasi tersebut di serap dengan baik oleh warga sekolah, khusus nya pihak siswa yang menjadi perhatian pihak sekolah. Peneliti menganalisis kejadian banjir bandang yang terjadi berdasarkan pengambilan data wawancara, yang menanyakan bagaimana sikap warga SMAN 2 Bogor dalam menjalin kerjasama dan sistem yang dilakukan dalam penyelamatan dan pengevakuasian. Hal lain yang menjadi fokus mobilisasi sumber daya merupakan bagaimana kronologi berlangsungnya kegiatan evakuasi tanggap darurat dan dampak apa saja yang di timbulkan berdasaran kronologi kejadian bencana tersebut. Hal yang dapat diterapkan dalam mobilisasi sumber daya dalam keadaan darurat bencana merupakan pengerahan sumber daya manusia yang berdaya guna dan memiliki kapasitas dan wawasan yang cukup dalam melakukan tindakan kedaruratan, terutama tindakan kedaruratan yang berhubungan dengan penyelamatan korban jiwa. Penyelamatan korban jiwa memerlukan sumber daya yang memiliki kapasitas tertentu atau terlatih dalam penyelamatan korban karena apabila penanganan korban di lakukan oleh sumber daya yang tidak memiliki kapasitas pada bidangnya maka akan mengakibatkan korban yang selamat mendapatkan penanganan yang kurang baik. Namun, tindakan yang paling penting dari penanganan dan evakuasi bencana merupakan koordinasi dan pengkoordinasian sumber daya, sehingga mampu menciptakan situasi yang tetap kondusif walaupun pada situasi yang mendesak dan memerlukan penanganan yang cepat dan tepat. Penyelamatan dan evakuasi sejumlah kendaraan bermotor pada saat kejadian tanggap darurat bencana yang berlangsung dapat dilakukakan dengan cepat dan tepat guna. Hal ini dapat terjadi karena terdapat pihak yang berfungsi dalam menggerakan sumber daya manusia dengan memaksimalkan sumber daya yang ada tanpa menimbulkan kerugian baru, baik kerugian fisik manusia maupun material dalam kegiatan evakuasi tersebut, dan hal ini dilakukan tanpa adanya pemaksaan, dapat disimpulkan bahwa proses evakuasi yang dilakukan oleh warga sekolah SMAN 2 Bogor khususnya para siswa dapat menumbuhkan rasa empati dan kepedulian lingkungan. Chyndy Kasmila, Tirton Nefianto, Lasmono Kesiapan warga sekolah dalam menghadapi bencana banjir bandang di SMA Negeri 2 Bogor Jurnal Manajemen Bencana JMB Vol. 5, No. 1, Mei 2019 PENUTUP Dampak Kejadian Banjir Bandang Pada Kesiapsiagaan warga SMAN 2 Bogor diantaranya warga sekolah menjadi lebih waspada akan adanya bencana yang dapat terjadi kapan saja di sekolah. Kemudian, warga SMAN 2 Bogor menginginkan memiliki kapasitas yang lebih dalam kesiapsiagaan bencana terutama dari pihak siswa, namun fasilitas belum didukung dan diberikan oleh pihak sekolah maupun pihak luar sekolah. Pihak SMAN 2 Bogor mengetahui adanya dinas dinas yang bisa dihubungi apabila terjadi nya bencana, sehingga dapat cepat membantu bila terdapat kejadian tanggap darurat bencana karena pernah terjalin komunikasi pada saat kegiatan pengembalian fungsi sekolah pasca banjir bandang berlangsung. Kesiapsiagaan SMAN 2 Bogor dalam menghadapi banjir bandang berdasarkan aspek parameter kesiapsiagaan masih minim implentasinya, karena kurang nya kesadaran pihak petinggi sekolah khususnya dalam kesiapsiagaan guna pengurangan risiko bencana di yang di dapatkan hanya oleh sebagian kecil murid dan tidak di sebarkan lagi informasi nya kepada warga sekolah yang lain sehingga warga sekolah tidak mendapatkan informasi kesiapsiagaan secara merata, serta sosialisasi hanya dilakukan sangat sedikit oleh pihak luar sehingga kekurangan sumber pengetahuan tentang informasi kebencanaan. Kurangnya perencanaan dalam kesiapsiagaan sekolah menjadi penyebab dari kurangnya kapasitas warga sekolah dalam kesiapsiagaan bencana yang dikarenakan pihak sekolah terutama pihak guru dan petinggi sekolah masih belum menganggap perencanaan kesiapsiagaan sekolah menjadi suatu prioritas yang harus di persiapkan perencanaannya. DAFTAR PUSTAKA Adi, Seno. 2013. Karakterisasi Bencana Banjir Bandang di Indonesia. Volume 15 Nomor 1, April 2013. Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kab Bogor”, dalam diakses pada 2 Agustus 2017 Badan Pusat Satatistik Kota Bogor 2014,” dalam diakses pada 24 November 2017. Bencana Alam Terbesar di Indonesia Sepanjang Tahun 2017” dalam diakses pada 5 Desember 2017. BNPB, 2017, “Data Indeks Bencana Indonesia” , diakses pada tanggal 4 Agustus 2017. Chyndy Kasmila, Tirton Nefianto, Lasmono Kesiapan warga sekolah dalam menghadapi bencana banjir bandang di SMA Negeri 2 Bogor Vol. 5, No. 1, Mei 2019 Jurnal Manajemen Bencana JMB BPS, 2016, “Badan Pusat Statistik Indonesia 2016”, ,diakses pada 5 Agustus 2017. Deny Hidayat, “Kesiapsiagaan Masyarakat Paradigma Baru Pengelolaan Bencana Alam di Indonesia”, Jurnal Kependudukan Indonesia, Vol. 3, Juli 2008, Jakarta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Husna, C., Alam, T. S, & Darmawati. 2014. “Factors Related Community Preparedness On Earthquake And Tsunami In Coastal Area of Banda Aceh, Indonesia”. 2014 Riau International Conference. Jumlah Penduduk Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk di Jawa Barat 1980-2010”, diakses dari situs Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, dalam diakses pada 3 Agustus 2017. LIPI & UNESCO 2006. Pengembangan framework untuk mengukur kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana alam. Dikutip tanggal 26 September 2017, dari Mulyanto et al., “Petunjuk Tindakan dan Sistem Mitigasi Banjir Bandang”, Jakarta JICA, 2012, Priambodo, S. A. 2009. Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta Kanisius. Rafliana, Irina et al., “Membangun Sekolah Siaga Bencana”, Jakarta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,2010, Rahayu, Harkunti P, Banjir dan Upaya Penanggulanganya. Bandung Promise Indonesia,2009, Seno Adi. 2013. “Karakterisasi Bencana Banjir Bandang di Indonesia”, Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, Vol. 15, April 2013, Jakarta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Undang-Undang Dasar 1945 tentang Tujuan NKRI. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this AdiSaat ini bencana hidrometeorologi menunjukkan tren meningkat. Bencana banjir bandang adalah bagian dari bencana hidrometeorologi yang terindikasi berdampak signifikan terhadap kehidupan, dan harta benda. Faktor utama banjir bandang adalah dipicu oleh intensitas hujan ekstrim. Kemudian berhubungan dengan kejadian longsor yang menyumbat aliran sungai membentuk bendung alam. Selanjutnya tekanan aliran sungai menjebol bendung alami tersebut sehingga terjadi banjir bandang yang ditandai dengan kecepatan aliran yang tinggi dengan membawa lumpur, kayu, dan batu. Setidaknya terjadi 10 kejadian banjir bandang di Indonesia pada tahun 2012 yang mengakibatkan 15 korban jiwa dan kerusakan harta benda pada setiap kejadian bencana. Untuk mengatasi bencana banjir bandang beberapa tindakan mitigasi dapat dilakukan yaitu dengan pemetaan daerah bahaya, sistem peringatan dini, kesiapsiagaan masyarakat, dan peramalan hidrometeorologi. Sayangnya dari upaya tindakan mitigasi tersebut, hanya beberapa daerah yang berpotensi bencana banjir bandang yang siap dengan upaya Pusat Statistik IndonesiaBPS, 2016, "Badan Pusat Statistik Indonesia 2016", pada 5 Agustus Masyarakat Paradigma Baru Pengelolaan Bencana Alam di IndonesiaDeny HidayatDeny Hidayat, "Kesiapsiagaan Masyarakat Paradigma Baru Pengelolaan Bencana Alam di Indonesia", Jurnal Kependudukan Indonesia, Vol. 3, Juli 2008, Jakarta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Related Community Preparedness On Earthquake And Tsunami In Coastal Area of Banda AcehC HusnaT S AlamDarmawatiHusna, C., Alam, T. S, & Darmawati. 2014. "Factors Related Community Preparedness On Earthquake And Tsunami In Coastal Area of Banda Aceh, Indonesia". 2014 Riau International Tindakan dan Sistem Mitigasi Banjir BandangMulyantoMulyanto et al., "Petunjuk Tindakan dan Sistem Mitigasi Banjir Bandang", Jakarta JICA, 2012, Sekolah Siaga BencanaIrina RaflianaRafliana, Irina et al., "Membangun Sekolah Siaga Bencana", Jakarta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,2010, Sejarah SMA Negeri 2 Cimahi (SMAN 2 Cimahi), merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. [1] Sama dengan SMA pada umumnya di Indonesia masa pendidikan sekolah di SMAN 2 Cimahi ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran mulai dari Kelas X sampai Kelas XII. Bangunan SMA Negeri 2 Cimahi dibangun
SejarahSingkat. SMA Negeri 3 Bogor resmi berdiri tanggal 1 Juli 1981. Mulanya merupakan SMA Baranangsiang yang didirikan oleh Bang Ali Sadikin (Alm) dan sebagai cikal bakal dari SMA Negeri 3 Bogor. Di gedung ini pernah diigunakan oleh SMA Negeri 3 Bogor dan SMA Negeri 2 Bogor. Akhirnya SMA Negeri 3 Bogor diputuskan untuk menempati lokasi ini

SejarahSingkat. By Operator 23 Jun 2020, 17:47:11 WIB. SMAN 1 Megamendung Kabupaten Bogor didirikan pada tanggal 17 juli tahun 2002, pada saat itu jumlah siswa sebanyak 97 orang. Untuk kegiatan belajar dan pembelajaran dilaksanakan di SMPN 2 Megamendung. Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun tepatnya tanggal 15 April tahun 2003, SMA Negeri

TentangSMAN 9 BOGOR. Kota Bogor memi­liki banyak peninggalan bangunan bersejarah yang terpelihara bahkan masih dimanfaatkan hingga saat ini. Salah satunya adalah Kartini School (Sekolah Kartini) yang saat ini menjadi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 9 yang berada di Jalan Kartini, Ke­camatan Bogor Tengah, Kota Bogor, awalnya meru­pakan
\n \nsejarah sman 2 bogor
xMYka.
  • 6712lcwiak.pages.dev/381
  • 6712lcwiak.pages.dev/421
  • 6712lcwiak.pages.dev/415
  • 6712lcwiak.pages.dev/120
  • 6712lcwiak.pages.dev/109
  • 6712lcwiak.pages.dev/7
  • 6712lcwiak.pages.dev/324
  • 6712lcwiak.pages.dev/46
  • sejarah sman 2 bogor